fFaktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi klien diabetes melitus tipe 2 di poli klinik penyakit dalam RSUD Lubuk Sikaping tahun 2017

MARLEIN AMWESTI, MARLEIN AMWESTI (2017) fFaktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi klien diabetes melitus tipe 2 di poli klinik penyakit dalam RSUD Lubuk Sikaping tahun 2017. Skripsi thesis, STIKes PERINTIS PADANG.

[img] Text
21 MARLEIN AMWESTI.docx

Download (113kB)

Abstract

MARLEIN AMWESTI(21) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis merupakan suatu penyakit yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk disembuhkan, bahkan tidak bisa untuk di sembuhkan secara total. Penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi sehari-hari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam setahun atau (pada saat didiagnosis) cenderung mengalami perawatan di rumah sakit secara berulang.( Wong, 2003) Menurut Sarafino (2004) penyakit kronis merupakan kontributor utama yang dapat berpengaruh pada ketidak stabilan emosi dan kondisi fisik bahkan dapat menjadi penyakit kematian. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan.(Brunner & Suddarth, 2000) Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengendalikan glukosa akibat kekurangan hormon insulin. Kekurangan hormon ini dalam tubuh bisa disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Ada beberapa jenis diabetes melitus yaitu Diabetes Melitus Tipe I, Diabetes Melitus Tipe II,Diabetes melitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Melitus Tipe Lainnya.Jenis Diabetes Melitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes Melitus Tipe II. Diabetes Melitus Tipe II adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan fungsi insulin (resistensi insulin).(Depkes, 2005) Diabetes Melitus Tipe II dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti makanan dengan kadar glukosa tinggi yang dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi gangguan metabolisme glukosa dalam tubuh, di dukung dengan adanya riwayat keluarga yang menderita DM. DM tipe II ini terjadi pada usia dewasa dan usia lanjut (Guyton & Hall, 2007). Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia adalah penderita diabetes tipe II yang sebagian besar dikarenakan kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik. World Health Organization (WHO) memproyeksikan diabetes akan menjadi salah satu penyebab utama kematian, karena jumlahnya yang mengalami peningkatan. Indonesia menduduki negara peringkat ke-4 terbesar dengan pertumbuhan penderita diabetes sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2000 menjadi 21.257.000 orang pada tahun 2030 (WHO, 2015). Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah penderita DM terbanyak di dunia. Di Indonesia diperkirakan jumlah diabetes mencapai 14 juta orang pada tahun 2006, dimana hanya 50% yang menyadari mengidap DM dan diantaranya sekitar 30% yang datang berobat secara teratur (WHO, 2008). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,5%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Diab Care di Indonesia, diketahui bahwa 47,2% memiliki kendali yang buruk pada glukosa darah plasma puasa >130 mg/dl pada penderita DM tipe II.(Soewondo, et al,2010) Menurut data Riskesdas tahun 2013, menyatakan prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus adalah 1,5%. Merujuk kepada prevalensi nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64 tahun dengan prevalensi sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013) RSUD Lubuk Sikaping merupakan salah satu Rumah Sakit Umum Daerah berada di Sumatera Barat dengan jumlah klien Diabetes Melitus sebanyak 198 penderita pada Bulan Maret tahun 2017, jumlah ini terus mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Umumnya penderita Diabetes Melitus yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping rata-rata berusia 45-59 tahun, 130 orang pasien dengan diabetes melitus yang berumur 60 tahun keatas. Melihat bahwa Diabetes Melitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Melitus Tipe II. Diabetes Melitus Tipe II bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko (Kemenkes,2010). Faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk diabetes Melitus tipe II, di bedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor resiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang Kedua adalah faktor resiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok.(Bustan,2000). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa demografi, faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Melitus Tipe II. (Irawan 2010) Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit Diabetes Melitus telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial. Salah satu perubahan psikologis yang paling sering terjadi adalah kejadian depresi pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Studi melaporkan bahwa pasien Diabetes Melitus dua kali lebih besar mengalami gejala depresi atau di diagnosa depresi dibandingkan dengan populasi umum.(Anderson,et al. 2001; Egede, Zheng, & Simpson, 2002). Depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada pasien dengan Diabetes Melitus. Angka kejadian gangguan mental pada pasien dengan Diabetes Melitus di Indonesia mencapai sekitar 35,7 % dari jumlah populasi penyakit metabolis, dimana 64,3 % pasien dengan Diabetes Melitus mengalami depresi dengan proporsi 43,3% depresi ringan, 18% depresi sedang dan 3% depresi berat (Dharmono,2015). Jika penderita dengan Diabetes Melitus depressi nantinya akan menimbulkan frustasi, tindakan mencelakai diri bahkan sampai bunuh diri (Groho,2010). Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam ( Nugroho,2010 ). Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit yang lebih besar dari sekedar kesedihan atau duka cita. Depresi adalah kesedihan atau duka cita yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama (Ensikolopedia, 2015). Penting dipertimbangkan bahwa rata-rata kejadian gejala depresi lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum yang ditentukan menggunakan metode pengkajian yang sama. Prevalensi depresi pada populasi umum hanya sekitar 5% (Richards & Perri, 2002). Dibandingkan populasi umum, pasien yang mengalami Diabetes Melitus Tipe II frekuensi dan durasi mengalami gangguan depresi lebih besar (Lustman, et al. 1997 dalam Wu Shu Fang, 2007). Kejadian depresi adalah kronik pada pasien DM. Beberapa penelitian yang mayoritas adalah pasien DM (79%), rata-rata terjadi 4 episode depresi dalam 5 tahun follow up (Lustman,Griffith & Clouse, 1988 dalam Maki, 2004) dengan berbagai gejala depresi yang berbeda. Gejala khas yang terjadi pada depresi adalah bila selama dua minggu atau lebih seseorang mengalami perasaan sedih (depressed mood) sepanjang hari dan terjadi hampir tiap hari, sulit tidur atau tidur terlalu banyak yang terjadi hampir setiap hari, merasa lesu, lelah tidak bertenaga hampir setiap hari, tidak ada perhatian/minat terhadap semua aktivitas harian hampir setiap hari. Gejala lainnya merasa hidup ini tidak berharga, merasa bersalah tanpa alasan serta kehilangan rasa percaya diri. Selain itu seseorang yang mengalami depresi tidak dapat berpikir/berkonsentrasi dan terus menerus memikirkan kematian (Semiardji, 2007 dalam Soegondo, Soewondo & Subekti, 2007). Gejala depresi yang dialami oleh pasien DM mempunyai implikasi terhadap kualitas hidupnya, kepatuhan regimen dan biaya pelayanan kesehatan (Goldney,et al. 2004). Penelitian menunjukkan bahwa gejala depresi yang berat dihubungkan dengan biaya pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, kebutuhan medikasi dan diet yang tidak terpenuhi dan kerusakan fungsional secara keseluruhan dalam pelayanan primer pasien DM (Ciechanowski, Katon & Russo,2000) Salah satu manajemen dalam perawatan pasien depresi yang berhubungan dengan penyakit DM adalah melibatkan dukungan sosial dalam perawatan. Dalam literatur disebutkan bahwa interaksi sosial berperan dalam adaptasi pasien dengan penyakit kronis. Salah satu dukungan sosial yang dapat diperoleh pasien yang paling banyak adalah dukungan dari keluarga. Sebuah studi melaporkan bahwa 77% pasien dengan penyakit jantung memperoleh dukungan dari keluarganya (Rubin, 2000). Beberapa faktor resiko depresi diantaranya genetika (riwayat penyakit depresi pada keluarga), kerentanan psikologis (pola pikir negatif, kesepian, pengalaman hidup yang menekan), lingkungan yang menekan dan kejadian dalam hidup (taruma pada masa kanak-kanak, perceraian, masalah ekonomi, pekerjaan, kurangnya dukungan sosial, menderita penyakit berat yang lama dan hidup menderita dalam jangka waktu yang lama), faktor biologis (depresi pasca melahirkan atau terkena infeksi virus). Beberapa faktor yang berhubungan dengan depresi pasien dengan diabetes Melitus yaitu Jenis kelamin, Usia, Status, Status Ekonomi, Status Pernikahan, dan Dukungan keluarga.(Nevid,dkk 2003) Penelitian terdahulu yang diakukan Robinson (2006), terhadap 19 pasien diabetes melitus, menyimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling utama untuk mempertahankan metabolik kontrol yang akan mempengaruhi perkembangan kesehatan dan pengobatan pasien. Sementara Reinhardt (2001) melaporkan bahwa dukungan keluarga yang negatif merupakan prediktor untuk terjadinya depresi. Pada sebuah studi longitudinal melakukan investigasi peran keluarga terhadap status kesehatan pasien dengan penyakit kronik., mereka menemukan hubungan yang kuat antara peran keluarga dengan status kesehatan pasien. Kesimpulan pada penelitian ini menyatakan bahwa dukungan keluarga paling signifikan terhadap kontrol gula darah dan manajemen diabetes melitus. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress (Taylor,2006). Dukungan keluarga terkait dengan kesejahteraan dan kesehatan, dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar seumur hidup. Dukungan keluarga telah didefinisikan sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen penyakit untuk remaja dan dewasa dengan penyakit kronik. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak positif terhadap perawatan diri pada pasien diabetes (Neff dalam Hensarling, 2009) Lebih jauh studi yang dilakukan oleh Reinhardt (2001) melaporkan bahwa dukungan negatif yang diberikan anggota keluarga adalah prediktor terkuat pada kejadian gejala depresi. Studi tersebut diukur menggunakan Center for Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D; Radloff, 1997) pada 570 sampel dewasa yang beradaptasi terhadap kerusakan visual kronis. Dukungan positif dapat juga menghasilkan dampak negatif terhadap adaptasi penyakit kronik. Beberapa peneliti berpendapat bahwa penerimaan dukungan sosial positif yang terlalu banyak seperti selalu mengingatkan tentang perawatan yang harus dilakukan atau dihindari dapat dirasakan berlebihan dan mengikis autonomi pasien (Ellard & Smith, 1990; CoyneFisher, et al. 1997). Kesimpulannya, penelitian menunjukkan bahwa kontek sosial/keluarga mungkin dapat meningkatkan atau mengganggu kesehatan individu, hasil kesehatan dan penyesuaian/adaptasi penyakit kronis. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping tanggal 26 Januari 2017 dengan melakukan wawancara kepada 10 orang penderita Diabetes Melitus Tipe II yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping. Dari 10 yang di wawancarai, terdapat 7 orang penderita yang mengatakan fikirannya tidak tenang serta terganggu karena penyakitnya dan mengeluh merasa tidak kuat lagi menghadapi penyakitnya, terdapat 2 orang penderita mengeluhkan mengalami depresi/stress akibat ekonomi yang tidak mencukupi untuk mengobati penyakitnya serta mengatakan tidak memiliki pekerjaan, pendapatan lebih rendah dibandingkan pengeluaran yang besar, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan terdapat 1 orang penderita mengatakan sadar dengan penyakitnya membutuhkan waktu yang lama untuk bisa sembuh ,sehingga dia harus rutin kontrol dan memerlukan biaya yang besar Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor– Faktor yang Berhubungan DenganTingkat Depresi Klien Diabetes Melitus di PoliklinikPenyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017”. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ faktor–faktor apa sajakah yang berhubungan dengan depresi klien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor–faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat depresi pada klien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi faktor usia klien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. b. Diketahui distribusi frekuensi faktor status ekonomi klien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. c. Diketahui distribusi frekuensi faktor dukungan keluarga klien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. d. Diketahui distribusi frekuensi faktor jenis kelamin klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017 e. Diketahui distribusi frekuensi faktor status pernikahan klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman tahun 2017 f. Diketahui distribusi frekuensi tingkat depresi klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. g. Diketahui hubungan faktor usia dengan tingkat depresi klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. h. Diketahui hubungan faktor ekonomi dengan tingkat depresi klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. i. Diketahui hubungan faktor dukungan keluarga dengan tingkat depresi klien Diabetes Mellitus Tipe II di PoliklinikPenyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017. j. Diketahui hubungan faktor jenis kelamin dengan tingkat depresi klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017 k. Diketahui hubungan faktor status pernikahan dengan tingkat depresi klien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Lubuk Sikaping Pasaman Tahun 2017

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: R Medicine > RT Nursing
Divisions: Fakultas Ilmu Kesehatan > S1 Keperawatan
Depositing User: lena lena
Date Deposited: 01 Jul 2019 08:16
Last Modified: 16 Aug 2019 04:41
URI: http://repo.upertis.ac.id/id/eprint/269

Actions (login required)

View Item View Item